Sound system di rumah / area komersial / area publik dapat dipandang perlu sebagai elemen penunjang setidaknya dalam membuat atmosfir di area tersebut menjadi suasana positif. Contohnya adalah musik latar di area komersial seperti cafe / restoran dalam menciptakan emosional seseorang menjadi santai dan menyenangkan. Lain lagi jika musik latar diputar di tempat seperti gym dengan lagu beat yang menggebu, dapat meningkatkan mood / suasana hati seseorang menjadi lebih semangat untuk berolahraga.
Berikut tips dari Zen Audio, jika Anda tertarik untuk memasang sound system:
1. Tentukan tujuan utama penggunaan sound system
Beberapa macam penggunaan sound system antara lain sebagai Background Music, Performance System, Speech, Video Conference, hingga Karaoke. Tujuan memastikan penggunaan sound system adalah untuk menentukan seberapa besar loudness sound system yang akan dibutuhkan nantinya.
Umumnya penggunaan sound system untuk Background Music, Speech dan Video Conference memiliki nilai loudness antara 60 dB - 80 dB. Sedangkan penggunaan sound system untuk performance system seperti live band, sound system stadion atau karaoke nilai loudness-nya harus diatas 85 dB.
Prinsipnya adalah loudness sound system harus lebih besar dibanding suara lain yang ada di area sekitar tersebut. Contohnya seperti sound system stadion bola. Nilai loudness sound system yang dibutuhkan minimal 85 dB. Namun dengan area ruangan terbuka dan jika stadion tersebut terisi penuh oleh penonton, stadion tersebut menghasilkan loudness suara hingga 100 dB. Maka jika menggunakan sound system dengan loudness 85 dB tidak akan berfungsi dengan baik. Dengan kondisi tersebut loudness sound system harus diatas 100 dB agar dapat mendominasi suara loudness lain yang dihasilkan di area sekitar.
2. Pilih speaker dengan spesifikasi yang sesuai untuk penggunaan
Setelah Anda menentukan fungsi sound system yang rencananya akan dipasang, dan mengetahui nilai loudness yang dibutuhkan, Anda dapat memilih speaker dengan nilai loudness yang sesuai. Pabrikan speaker biasanya akan memberikan data sheet mengenai speaker yang diproduksinya. Data speaker yang perlu dilihat adalah Speaker Sensitivity / Sound Pressure Level (SPL).
Speaker sensitivity singkatnya adalah kemampuan speaker dalam mengkonversi tenaga yang diterima menjadi suara, bisa diartikan juga berapa besar tenaga yang dibutuhkan speaker untuk berfungsi dengan baik. SPL ini biasa diukur dengan acuan standar jarak 1 meter dari pendengar dengan diberi daya sebesar 1 Watt pada speaker. Dengan menggunakan microphone RTA (Real-Time Analyzer) dan perangkat software akan diketahui berapa besar suara yang dihasilkan dalam satuan dB.
Contohnya jika datasheet dari sebuah speaker memiliki nilai sensitivity: 91dB/1W@1m, artinya adalah besar suara speaker yang dihasilkan dengan jarak 1 meter dari pendengar dengan daya 1 Watt yang diberikan ke speaker adalah 91 dB. Nilai SPL akan berkurang 6 dB jika jarak pendengar di kali 2. Jadi jika jarak pendengar menjadi 2 meter maka SPL akan berkurang menjadi 85 dB.
Data lain yang mungkin diperlukan jika tipe speaker yang dipilih adalah speaker pasif adalah Power Handling. Power Handling adalah tenaga yang diperlukan speaker untuk berfungsi dengan baik.
3. Pilih komponen sound system secara efisien
Komponen sound system umumnya terdiri dari mixer audio, signal processor, power amplifier dan lain-lain. Kembali lagi ke tujuan sound system tersebut dipasang. Jika sound system yang akan dipasang adalah untuk Background Music, maka Anda tidak perlu menggunakan mixer dengan channel yang banyak hingga 24 channel. Dengan menggunakan 6 channel saja sudah lebih dari cukup. Anda juga tidak perlu menggunakan signal processor, karena tone control dari mixer dirasa sudah lebih dari cukup. Sebaliknya jika sound system yang akan dipasang digunakan untuk Live Band Performance, komponen signal processor menjadi komponen essensial.
Kuncinya disini adalah penggunaan komponen sound system secara efisien. Persepsi bahwa dengan banyaknya komponen sound system maka suara speaker akan menjadi bagus tidaklah benar sepenuhnya. Malah dapat menjadi masalah seperti tumpang tindih dalam proses mixing dan signal audio, rumit dalam pengoperasi sound system hingga maintenance juga menjadi sulit.
Comments